Kamis, 10 April 2014

TUGAS SEJARAH SASTRA



Nama Lengkap : Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin
Alias : NH Dini
Profesi : -      
Agama : Islam
Tempat Lahir : Semarang, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Sabtu, 29 Februari 1936
Zodiac : Pisces

Ayah : Saljowidjojo
Ibu : Kusaminah
Suami : Yves Coffin
Anak : Marie Claire Lintang, Pierre Louris Padang
BIOGRAFI
Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau yang lebih akrab disapa NH Dini merupakan sastrawan, novelis, dan feminis Indonesia. Perempuan yang hanya bisa merayakan ulang tahunnya empat tahun sekali ini gemar menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri.

Dini merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara yang ditinggal wafat oleh bapaknya ketika dia masih SMP. Semenjak itu Dini sering terlihat melamun dan sering mencurahkan kegelisahannya dalam tulisan-tulisannya. Karya-karya yang telah ditelurkan oleh perempuan yang konon berdarah Bugis ini antara lain adalah puisi, kumpulan cerpen, novel, dan biografi.

Dini telah menjadi pengarang selama hampir 60 tahun, akan tetapi ia baru menerima royalti honorarium yang bisa menutupi biaya hidup sehari-hari baru-baru ini. Tahun-tahun sebelumnya ia mengaku masih menjadi parasit dan sering dibantu oleh teman-temannya untuk menutupi biaya makan dan pengobatan. Dini pernah sakit keras, hepatitis-B, selama 14 hari. Gubernur Jawa tengah saat itu, Mardiyanto, membantu biaya pengobatan Dini. 

Dini sempat menikah dengan Yves Coffin, Konsul Prancis di Kobe, Jepang, pada 1960 dan beberapa kali berpindah tempat tinggal dari negara satu ke negara yang lain. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang dan Pierre Louis Padang. Setelah bercerai, Dini kembali ke Indonesia dan tidak berhenti berkarya. Anak sulung Dini kini menetap di Kanada, dan anak bungsunya menetap di Prancis. Sementara Dini tinggal di Panti Wredha Langen Wedharsih, Ungaran.
Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini adalah pembatik yang selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Penyebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa dan sebagainya. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.
Setamat SMA bagian Sastra (1959), ia mengikuti kursus Pramugari Darat GIA Jakarta (1956), dan terakhir mengikuti kursus B-1 Jurusan Sejarah (1957). Nh.Dini mulai menulis sejak tahun 1951. Pada tahun 1953 cerpen-cerpennya mulai dimuat di majalah Kisah, Mimbar Indonesia, dan Siasat. Selain menulis cerpen, Dini juga menulis sajak dan sandiwara radio, serta novel. Berbagai penghargaan telah diterimanya, antara lain pemenang Lomba Penulisan Naskah Skenario untuk sandiwara radio se-Jawa Tengah (1955), mendapat hadiah pertama untuk Lomba Penulisan Cerita Pendek dalam Bahasa Prancis se-Indonesia untuk cerpennya Sarang Ikan di Teluk Jakarta (1988). Pada tahun 1989 ia mendapat Hadiah Seni dari Kementerian PdanK untuk bidang Sastra. Pada tahun 1991 Dini kembali memperoleh Piagam Penghargaan Upapradana dari Pemda TK I Jawa Tengah. Selain terus berkarya, Dini juga sibuk menerima undangan-undangan ceramah mengenai sastra dan budaya di dalam dan luar negeri. Selain itu, ia juga mengelola sebuah taman bacaan untuk remaja dan anak-anak di Semarang, yang kegiatannya mencakup latihan Bahasa Indonesia dan diskusi.
PENDIDIKAN
  • SD di Semarang, 1950
  • SMP di Semarang. 1953 -SMA di Semarang, 1956
  • Kursus Pramugari GIA di Jakarta, 1956
  • Kursus B 1, Sejarah, 1957-1959
KARIR
  • Pramugari GIA (Garuda Indonesia Airways) (1950-1960)
  • Anggota Wahana Lingkungan Hidup
  • Anggota Forum Komunikasi Generasi Muda Keluarga Berencana
PENGHARGAAN
  • Penghargaan Sastra Terbaik dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)
  • SEA Write Award bidang sastra dari Pemerintah Thailand

Bibliography:
  • La Barka (1975)
  • Orang-orang Tran (1983)
  • Pada Sebuah Kapal (1985)
  • Sebuah Lorong di Kotaku (1986)
  • Namaku Hirolo (1986)
  • Keberangkatan (1987)
  • Padang Ilalang di Belakang rumah (1987)
  • Sekayu (1988)
  • Tirai Menurun (1993)
  • Kuncup Berseri (1996)
  • Hati yang Damai (1998)
  • Langit dan Bumi Sahabat Kami (1998)
  • Kemayoran (2000)
  • Jepun Negerinya Hiroko (2001)
  • Dari Parangakik ke Kampuchea (2003)
  • Dari Fontenay ke Magallianes (2005)
  • La Grande Borne (2007)
  • Argenteuil Hidup Memisahkan Diri (2008)
  • Jalan Bandungan (2009)
  • Kuncup Berseri (2009)
  • Pondik Baca Kembali ke Semarang (2011)
  • Dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang (2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar